produksi
Dalam pengambilan keputusan kita seringkali membutuhkan jenis peramalan tertentu, seperti seorang akuntan membutuhkan peramalan akan biaya dan pendapatan untuk perencanaan pajak, dan manager personalia membutuhkan peramalan dalam perekrutan karyawan. Begitu pula dengan bagian produksi membutuhkan tekinik-teknik peramalan untuk perencanaan kapasitas, tingkat inventory dan kegiatan shop floor planning. Peramalan produksi juga dapat mengukur perubahan demand menjelang lead time sehingga dapat membantu menentukan jumlah safety stock dan menekan biaya inventory.
Peramalan selalu salah, sehingga meramalkan produksi dengan metode apapun akan selalu mengandung error. Oleh sebab itu, kita menggunakan beberapa metode dan teknik peramalan dalam peramalan produksi untuk memperoleh nilai error terkecil yang menunjukkan keakuratan peramalan kita lebih tinggi .
Rencana produksi agregat
Sebelum produksi akan membutuhkan suatu perencanaan agar sumber daya yang tersedia selalu mampu untuk memenuhi kebutuhan. Tanpa suatu perencanaan yang matang, perusahaan tidak akan mampu menyerap fluktuasi demand yang terjadi sehingga cenderung terjadi penumpukan di gudang atau lost sales yang merugikan perusahaan.
Untuk menghindari membuat rencana item per item yang banyak memakan waktu, maka setiap item dari family yang sama diagregasikan terlebih dahulu untuk menyusun rencana produksi agregatnya. Suatu rencana produksi agregat akan menentukan tingkat tenaga kerja yang dibutuhkan, overtime, dan tingkat inventory dengan fungsi objektif untuk meminimasi biaya produksi.
Disagregasi dan Master Production Scheduling (MPS)
Suatu rencana produksi agregat yang sudah dibuat akan diimplementasikan sehingga dibutuhkan penjadwalan yang berupa jadwal induk produksi (Master Production Schedule).
Jumlah yang harus diproduksi merupakan jumlah untuk setiap item atau produk spesifik tertentu, maka hasil rencana produksi agregat harus didisagregasikan kembali untuk menyusun MPS dari masing-masing item.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar